Tak Semua Indah
Jenuh terus hinggapi aku
Akan kata-kata ilmu pengetahuan
Sosial yang dikata
tak sama dengan kenyataan
Pikiranku mulai melayang
Jauh ke awang-awang
menatap awan-awan
rasakan terpaan angin
tanapa sadar aku jatuh kebumi
berdebam memeluk bumi
debu-debu mengepul
diantaraku sesakkan dadaku
lamunanku buyar seketika
tersadar akan realita
dari mimpi-mimpi
angin yang sadarkanku
sadar akan kenyataan hidup
tak indah seperti diawan-awan
tak selamanya sejuk dibelai angin
tak seperti yang kita inginkan
kadang kita akan jatuh
memeluk bumi
tapi bukan itu yang buatku hidup
tapi rasa cinta,pengorbanan, dan semangat
tuk terus lanjutkan
hidup.......
yang tak selamanya indah ini
Rabu, 27 Januari 2010
Minggu, 24 Januari 2010
Jalan panjang
udara pagi ini menyengat kulitku
keringkan keringat dari dalam tubuhku
basahi luarnya
peningkan kepalaku
aku tapaki terus jalan ini
debu mengepul di udara
menempel dibadanku dan bercampur dengan keringatku
dan spasang sandal butut lindungiku dari panasnya aspal
kulihat pohon-pohon yang tumbuh
sangat jauh hingga terlihat perdu
burung bangau yang terbang melintas
mendahuluiku ke sarangnya
panas kini semakin menyengat
keringat banjiri tubuhku
hingga menetes
ke jalan yang panas ini
terus aku tapaki jalan ini
panas rumut dan aspal yang keras temaniku
menuju tujuanku
tetesan keringat menjadi jejak
dan menguap dengan cepat
awan putih yang mengambang
menertawakanku ang berjalan
dengan senyum sinis yang jelek
membuatku semakin merasa jauh jalan ini
pohon yang tadinya terlihat perdu
kini semakin besar dan nyaman
namun begitu jauh
dan sulit tuk diraih
awan yang terus ikutiku
terus mengejekku
dan jalan ini makin panas
bahkan berasap
aku harap awan itu
menjadi hitam
dan jatuhi aku dengan air
agarku punya kekuatan tuk berlari
segera sampai ketempat yang aku tuju
namun itu tak terjadi
awan tetap putih dan mengejekku
jaln makin panas dan keringat makin deras
pohon perdu tak begitu besar perubahannya
dijalan kehidupan
udara pagi ini menyengat kulitku
keringkan keringat dari dalam tubuhku
basahi luarnya
peningkan kepalaku
aku tapaki terus jalan ini
debu mengepul di udara
menempel dibadanku dan bercampur dengan keringatku
dan spasang sandal butut lindungiku dari panasnya aspal
kulihat pohon-pohon yang tumbuh
sangat jauh hingga terlihat perdu
burung bangau yang terbang melintas
mendahuluiku ke sarangnya
panas kini semakin menyengat
keringat banjiri tubuhku
hingga menetes
ke jalan yang panas ini
terus aku tapaki jalan ini
panas rumut dan aspal yang keras temaniku
menuju tujuanku
tetesan keringat menjadi jejak
dan menguap dengan cepat
awan putih yang mengambang
menertawakanku ang berjalan
dengan senyum sinis yang jelek
membuatku semakin merasa jauh jalan ini
pohon yang tadinya terlihat perdu
kini semakin besar dan nyaman
namun begitu jauh
dan sulit tuk diraih
awan yang terus ikutiku
terus mengejekku
dan jalan ini makin panas
bahkan berasap
aku harap awan itu
menjadi hitam
dan jatuhi aku dengan air
agarku punya kekuatan tuk berlari
segera sampai ketempat yang aku tuju
namun itu tak terjadi
awan tetap putih dan mengejekku
jaln makin panas dan keringat makin deras
pohon perdu tak begitu besar perubahannya
dijalan kehidupan
Aku buka buku lusuh ini
sampul bening dan kertas yang bersih
aku ambil penaku
mulai aku tuliskan ungkapan hatiku
begitu banyak yang aku rasakan
saat hidup dalam dunia fana ini
merayap menuju impian
masa depan...........
hal yang ada dihatiku
ku copy dan kucetak
dengan penaku
dalam buku ini
dan pada saatnya nanti aku ingin
semua dibaca
saat aku terbaring kaku
dalam peti matiku
sampul bening dan kertas yang bersih
aku ambil penaku
mulai aku tuliskan ungkapan hatiku
begitu banyak yang aku rasakan
saat hidup dalam dunia fana ini
merayap menuju impian
masa depan...........
hal yang ada dihatiku
ku copy dan kucetak
dengan penaku
dalam buku ini
dan pada saatnya nanti aku ingin
semua dibaca
saat aku terbaring kaku
dalam peti matiku
Langganan:
Postingan (Atom)